
JOHAR BARU (Pos Kota) – Mulyadi Hamdan masih menyimpan dendam. Kebenciannnya terhadap Afriyani Susanti tak juga hilang. Si Gadis Maut inilah yang memisahkan pria itu dengan putranya, Buhori alias Ari, 17. “Tiada maaf bagi Afriyani, “ kata Hamdan.
Pernyataan bahwa Hamdan tidak memaafkan Afriyani berkaitan dengan keinginan wanita bertubuh subur itu untuk meminta maaf kepada keluarga korban yang diseruduk Xenia maut di Halte Tugu Tani, Jakarta Pusat. Tidak hanya Hamdani, keluarga korban lainnya yang tinggal di Tanah Tinggi, juga menolak pernyataan maaf Afriyani.
Mulyadi Hamdan mengaku tak bisa memberi maaf pada Afriyani. Bagi pekerja serabutan ini, nyawa Buhori tak bisa tergantikan dengan apapun. “ Setelah saya bercerai dengan ibunya, kami biasa hidup berdua,” katanya, Kamis (26/1) sore. “Tapi dia memisahkan kami. Karena itu tak mungkin saya memaafkan.”
Buhori, yang mencari nafkah dengan mengamen, salah satu dari sembilan korban tewas saat berjalan kaki di trotoar Jl. M Ridwan Rais. Selain Buhori, tiga temannya juga dijemput maut di ujung moncong Daihatsu Xenia B B 2479 XI yang dikemudikan Afriyani Susanti, 29. Mereka Firmansyah, 22, M. Akbar, 15, dan M. Huzaifah.
Selain itu, empat korban tewas lainnya adalah warga Jepara yang baru saja piknik di Monas, yaitu Nani Riyanti, wanita 25 tahun yang hamil 3 bulan, Suyatmi, 51, Nuralfi Safitri, 18, dan Yusuf Sigit, balita 2,5 tahun. Seorang lainnya adalah Wawan Hermawan, warga Purwakarta 24 tahun (Pos Kota, 24/1).
Afriyani yang kini ditahan di Polda Metro Jaya telah meminta maaf pada keluarga korban melalui sebuah surat bertuliskan tangan. Surat itu dibacakan adiknya di hadapan wartawan, Rabu (25/1) malam.
TAK DIMAAFKAN
Tapi itu dirasa tak cukup buat Hamdan. Kepergian anaknya yang mengidolan pesepak bola Lionel Messi untuk selamanya itu terus disesalinya. Ia rela bertukar tempat dengan Buhori. Bagi Hamdan, masa depan anaknya masih terbentang panjang.
“Saya baru bisa memberi maaf kalau dia dihukum mati atau dihukum seumur hidup. Saya menuntut keadilan,” ujar Hamdan. “Warga di sini semua juga bersikap begitu. Mereka marah sama dia.”
Hal serupa disampaikan Minah, ibu Firmansyah, 21. Kehilangan anak lelaki yang akan memberinya cucu, wanita ini mengatakan permintaan maaf baru bisa diterima jika Afriyani datang padanya dengan baik-baik. “Tapi hukuman tetap harus setimpal dengan perbuatannya ,” kata Ny. Minah.
Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufrie mengunjungi keluarga korban tabrakan ke rumah mereka. Mensos juga ke RSPAD Gatot Subroto, tempat korban dirawat. Mensos memberikan santunan Rp5 juta pada masing-masing korban.
Kepada Hamdan selaku ahli waris Buhori , Mensos memberi tabungan PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) sebesar Rp1,5 juta. “Ternyata rekan Buhori yang selamat, yakni Lutfie dan Indra adalah warga binaan rumah singgah yang mendapat bantuan PKSA. Setelah ditelusuri relawan Kemensos, mereka anak jalanan yang mendapat bantuan PKSA,” kata Mensos.
Maya M Rio, pendamping PKSA, mengatakan, Buhori sudah menyatakan keinginannya untuk ikut program paket C di rumah singgah pada Meret mendatang. “Ia ingin melanjutkan ke SMP,” katanya.
PELAJARI GUGATAN
Sementara itu, keluarga korban telah menunjuk Tim Advokasi Keluarga Korban Tugu Tani untuk mendampingi mereka selama proses hukum terhadap Afriyani. Sepuluh pengacara dari kantor pengacara TSP Law Firm akan mengajukan gugatan materil dan inmateril sebesar Rp5 miliar pada tersangka.
Ronny Talapessy SH, kuasa hukum, mengatakan sedang menyusun dan mempelajari gugatan yang akan disampaikan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Haya saja, ia masih menunggu perkembangan kasus yang masih di tangani Polda Metro Jaya.
“Sambil menunggu , kami menyiapakan gugatan perdata kepada Afriyani,” kata Ronny, Kamis malam . “Kami juga akan melihat aset yang dimiliki Afriyani apakah cukup atau tidak untuk membayar gugatan yang akan diajukan. Kami juga melihat keseriusan pemerintah memberikan perlindungan kepada pejalan kaki.”
